This blog is dedicated for my beloved : Zana Darryl and Valentino Rossi..."I am not a super Mom but I'll keep fighting to make your dreams come true..."

Jumat, 27 Februari 2009

JANGAN PADAMKAN CAHAYA DI MATA BUAH HATIKU, YA ALLAH….



Namanya Zana Darryl Andara, lahir dari mama Estu Rani dan papa Sujianto, di Sukabumi, 14 November 1998, hampir 11 tahun yang lalu. Buah hatiku yang dilahirkan dengan penuh cinta, bayi kecil yang lucu dan menggemaskan. Detik-detik proses persalinan yang aku anggap sangat penuh kemudahan. Tanpa kesulitan, tanpa rasa sakit yang berkepanjangan. Semuanya lebih mudah dari yang kubayangkan. Ketika pertama kali tubuh mungil itu berada dipelukanku, semuanya terasa indah, sepasang matanya terpejam damai, seperti merasakan bahwa dia berada di dalam pelukan ibunya. Saat itu, tidak ada keanehan apapun yang terpancar di matanya. Dia sehat, cantik dan mengagumkan. Kesempurnaan bagiku menjadi seorang wanita adalah ketika aku melahirkannya.

Waktu berlalu…Darryl, begitu biasa aku memanggilnya, semakin besar…tumbuh wajar dan sehat, pintar, lucu, dan penuh kejutan. Di saat usianya masih 6 bulan, aku biasa mengajaknya jalan-jalan pagi atau sore. Sehabis mandi, biasa kudandani dengan secantik mungkin, dan aku biasa membawanya berkeliling dengan kereta dorongnya. Seolah aku pamer pada semua orang, bahwa inilah bayi tercantik di dunia.
Saat itulah, aku mulai mendengar protes beberapa tetangga : “anak tidur kok di bawa jalan-jalan..” begitu kata mereka, lantas aku melongok ke kursi kereta dimana kuletakkan Darryl. Bayi mungilku tersenyum, sama sekali tidak tertidur seperti kata tetanggaku. “Ga tidur, bu…lagi nikmatin jalan-jalan”

Sekali dua kali sering ku dengar hal-hal seperti itu, semakin besar, baru kuperhatikan keanehan pada diri Darryl. Dia senang sekali memicingkan matanya, terlebih kalau kami membawanya keluar rumah. Dia selalu memicingkan atau memejamkan matanya di bawah terik matahari atau cahaya. Saat itu, aku hanya mengira dia silau. Toh, aku juga akan melakukan hal yang sama jika terkena sinar matahari, begitu batinku.

Hari demi hari, Darryl semakin besar. Saat dia duduk di Taman Kanak-kanak, aku sering membawanya ke kantor, biasanya itu kulakukan kalau mama yang biasa mengasuhnya harus menginap di rumah kakakku. Aku ingat, waktu pertama kali mas Bram, salah satu teman kantorku melihat Darryl, dia juga punya komentar yang sama, tapi kali ini…dialah orang pertama yang membuatku sadar bahwa kebiasaan Darryl itu tidak boleh aku sepelekan.
“Periksain matanya ke dokter…” kurang lebih kalimat mas Bram menyuruhku untuk memeriksakan mata Darryl. Aku Cuma tersenyum “gak apa-apa, emang dia begitu…” aduh, kayaknya sepele banget jawabanku waktu itu. Tapi kemudian aku sadar…memang benar ada yang aneh.

Suatu hari, ketika mama berniat mengganti kacamatanya karena sudah kurang cocok, secara tidak sengaja, aku minta sama penjaga optiknya untuk memeriksakan mata Darryl. Sungguh, aku kaget…karena hasil yang di dapat dia punya silinder mata yang sangat tinggi, lebih dari 3. Aku langsung memeriksakan matanya ke dokter specialis mata. Lucunya, dokter itu malah agak sewot, katanya mata Darryl normal, tidak ada minus apalagi silinder. Kesannya aku ini ibu yang kepingin anaknya berkacamata. Amit-amit.

Masih dengan kebetulan pula, aku pergi ke Puskesmas Percontohan di daerah Pasar Minggu, di sana aku memeriksakan gigiku yang belakangan sering sakit. Sepupuku Yani kebetulan bekerja di situ sebagai asisten dr. Mata. Iseng-iseng, aku menyuruh Yani untuk memeriksakan mata Darryl, kebetulan pula hari itu ada specialis mata yang bertugas. Sungguh di luar dugaan, dr. mata yang bertugas hari itu terheran-heran ketika selesai memeriksakan mata Darryl. Katanya, Darryl tidak punya Iris. Aku bahkan ga ngerti dimana letak iris di dalam mata. Dokter itu menjelaskan dengan gambar, Iris itu alat yang berada di depan kornea mata kita, yang menjadi filter dari apa yang kita lihat, misalkan cahaya, sebelum cahaya masuk, di filter dulu oleh Iris, sementara Darryl sama sekali tidak memiliki iris di kedua matanya. Itu sebabnya, jika dia melihat cahaya atau matahari, dia akan memicingkan matanya nyaris seperti orang tidur. Dokter itu merujukku ke RSCM, untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Di RSCM lah aku kemudian mendapatkan informasi lebih jelas dan diagnosa yang sangat mengejutkan tentang mata Darryl. Anakku di diagnosa mengidap kelainan bawaan tanpa iris, Glaucoma ODS dan katarak. Dokter juga menjelaskan bahwa Darryl harus segera di operasi, jika tidak…syaraf-syaraf matanya akan rusak dan dia akan mengalami kebutaan tiba-tiba. Ya , Allah…bagai dilempar batu besar tepat di kepala…aku hanya bias ternganga. Bingung, takut, sedih dan bertanya-tanya…kenapa harus Darryl?

Kelainan iris yang diidap Darryl sangat langka, menurut dokter 1000 : 1, dokter saja sampai terheran-heran. Biasanya, anak yang lahir dengan cacat iris masih ada iris yang tersisa sedikit di matanya, tapi Darryl…nyaris bersih di kedua matanya. Dan solusinya, Darryl harus melakukan inplantasi iris, pembuatan saluran pembuangan cairan di matanya (glaucoma), dan operasi katarak. Coba bayangkan, gadis mungilku harus mengalami hal seperti ini. Membayangkan operasi di anggota tubuh lain saja aku sudah ngeri, apalagi operasi mata…benda kecil yang ada di wajah putriku harus di acak-acak sedemikian rupa??? Ya, Allah…begitu kuatkan Darryl di matamu sehingga Engkau memberikan cobaan yang sangat berat ini untuk anak sekecil dia?? Dokter menyarankan melakukan sekali operasi untuk 3 tindakan di atas, untuk setiap mata.
Apapun akan aku lakukan untuk Darryl. Dokter juga menyarankan aku memesan iris yang hanya bisa di beli di belanda, harganya 250 euro untuk setiap mata, jadi totalnya 500 euro. Euro??? Membayangkan rupiah saja sudah membuatku lemas, euro??? Mahal sekali…menurut dokter, karena usia Darryl yang masih kecil, maka iris yang akan di tanam harus yang bisa bertahan untuk jangka waktu yang sangat lama, sampai dia dewasa. Aku hanya bisa mengangguk, mengiyakan apa kata dokter…walaupun sungguh aku tidak tahu dari mana bisa mendapatkan usang sebanyak itu hanya untuk 1 kasus dari 3 yang di derita Darryl.

Sungguh…
Aku hanya menunggu keajaiban dan mukjizat dari Allah SWT. Apapun itu…aku hanya bisa berdoa dan berupaya semampuku agar Darryl bisa mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan. JANGAN PADAMKAN CAHAYA DI MATA BUAH HATIKU, YA ALLAH….

Sungguh ga bisa aku bayangkan…putri kecilku, yang senang melenggak lenggok di depan cermin, yang hobby menirukan gaya Agnes Monica menari. Putri kecilku, yang cantik…haruskan dia kehilangan semua keceriaan itu??? Adilkah Tuhan padanya??? Haruskah aku bertanya ini??? Darryl pernah bertanya : “Kenapa sih harus kakak yang sakit kayak gini?” …aku Cuma bisa menjawab : “Karena Allah sayang sama kakak, Allah tahu kakak kuat…Allah gak akan memberikan ujian diluar kemampuan kita…kakak harus percaya sama Allah.”

Wahai pembaca…
Semua ini aku tulis demi memohon Doa dari semua orang yang mengenalku, mengenal Darryl atau bahkan orang-orang yang belum pernah mengenal kami. Doa adalah support yang paling besar yang sangat kami butuhkan sekarang. Semoga Doa kalian bisa menjadi mukjizat buat Darryl, buat kami semua. Semoga dengan doa kalian, semua ketakutan dan segala hal-hal buruk yang kami takutkan tidak akan pernah terjadi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian, Amin.

Kami juga memohon agar semua mendoakan agar operasi Darryl bisa segera terlaksana, agar segala persiapannya cepat selesai, agar Darryl bisa segera punya iris baru dan sembuh dari glaucoma dan kataraknya…walaupun kami belum tahu kapan itu semua terjadi….Mohon doanya….

(Depok, 27 February 2009)

Tidak ada komentar: